Kacanghijau adalah tanaman muda yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, bagaimana cara menanam kacang hijau di tanah dan kapas. 2 Cara Menanam Kacang Hijau, Bisa Menggunakan Tanah atau Kapas. By. Rafqa - May 19, 2022. 26. Facebook. Twitter. Pinterest.
Adapunkomposisi pencampuran batu bara, kulit kacang tanah dan lem serta tekanan yang diberikan ditunjukkan pada tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Komposisi campuran bahan baku dan tekanan No Sampel Komposisi (%) Ukuran Partikel (Mesh)Kacang Tekanan Batu Bara (kg/cm2) Kulit Tepung Kanji 1.1 70 20 10 30 8.43 1.2 50 40 10 30 8.43
3 Pengelolahan Tanah Secara Organik. Dalam budidaya atau menanam kacang tanah, tidak salahnya kita mengelolah tanah sebagai media tanam kacang tanah ini secara organik. Dengan menggunakan cara organik, Anda akan mendapatkan kacang tanah yang berkualitas organik dan lebih terlihat alami tanpa adanya bahan-bahan lain.
Permintaankacang tanah kerap meningkat dari masa ke masa, untuk bahan pangan, pakan ternak, maupun untuk industri. Tanaman yang berasal dari Amerika, dengan bahasa latin Arachis Hypogaea ini membutuhkan waktu kisaran 100-130 hari hingga panen tiba. Menanam kacang tanah tak harus seorang petani, penjabaran ini juga tepat bagi pemula sekalipun.
Mustikakacang tanah atau batu kacang dipercaya memiliki banyak khasiat dan manfaat supranatural. Oleh karena itulah batu fosil ini banyak dicari untuk dijadikan jimat. Tapi tidak mudah untuk mendapatkan mustika kacang tanah yang asli karena termasuk benda bertuah yang sangat langka, dan hanya orang yang beruntung saja yang dapat memilikinya.
BatuGiok Bertuah Bola Naga Rp 300.000. / 8621. Sold Out! Mustika Kewibawaan Sulaiman Rp 400.000. / 1941. Sold Out! Batu Mustika Pelet Pembangkit Birahi Pusaka Dunia Rp 585.000. Habis / B3277.
. The problem that arises in plant cultivation activities is the possibility of a decline in plant growth which will result in decreased yields of cultivated plants. The sedentary agricultural system in Mosopotamia originated in the Southeast Asian region now known as Indonesia in about 10,000 BC. The practice of planting on the soil continuously will reduce soil fertility. Research shows that the availability of nutrients is the most important for plant growth, so fertilization is the best way to provide nutrients for plants and maintain soil fertility. Lime is any material that contains Ca or Mg which can be given to the soil to raise the pH. The materials in question are limestone calcium carbonate CaCO3, burning lime CaO, or slaked lime Ca OH2. In addition, liming materials in the form of other calcium compounds such as natural phosphate or superphosphate can also be used, namely a mixture of mono calcium phosphate Ca H2PO42, calcium sulfate CaSO4, dolomite Ca Mg SO4 and oyster shells. . Lime application can be done by mixing it with the soil, spreading it on the soil surface and spraying method. Figures - uploaded by Basuki WasisAuthor contentAll figure content in this area was uploaded by Basuki WasisContent may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 TEKNIK PEMBERIAN KAPUR 1 LIME APPLICATION TECHNIQUES Edisi 17 Agustus 2020 3 Basuki Wasis 2 1 Makalah pengayaan materi mata kuliah Pengelolaan Nutrisi Hutan tahun 2020 2 Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor, Jawa Barat 3 Hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia Independence Day of the Republic of Indonesia ABSTRACT The problem that arises in plant cultivation activities is the possibility of a decline in plant growth which will result in decreased yields of cultivated plants. The sedentary agricultural system in Mosopotamia originated in the Southeast Asian region now known as Indonesia in about 10,000 BC. The practice of planting on the soil continuously will reduce soil fertility. Research shows that the availability of nutrients is the most important for plant growth, so fertilization is the best way to provide nutrients for plants and maintain soil fertility. Lime is any material that contains Ca or Mg which can be given to the soil to raise the pH. The materials in question are limestone calcium carbonate CaCO3, burning lime CaO, or slaked lime Ca OH2. In addition, liming materials in the form of other calcium compounds such as natural phosphate or superphosphate can also be used, namely a mixture of mono calcium phosphate Ca H2PO42, calcium sulfate CaSO4, dolomite Ca Mg SO4 and oyster shells. . Lime application can be done by mixing it with the soil, spreading it on the soil surface and spraying method. Key words calcium, lime, lime application, plant growth, spraying method, ABSTRAK Permasalahan yang muncul pada kegiatan budidaya tanaman adalah kemungkinan terjadinya penurunan pertumbuhan tanaman yang akan berakibat menurunnya hasil panen tanaman yang dibudidayakan. Sistem pertanian menetap di Mosopotamia berasal dari wilayah Asia Tenggara sekarang bernama Indonesia pada tahun sekitar SM. 2 Praktek menanam pada tanah secara terus menurus akan menurunkan kesuburan tanah. Penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan unsur hara merupakan yang terpenting bagi pertumbuhan tanaman, sehingga pemupukan merupakan cara yang terbaik untuk penyediaan hara bagi tanaman dan mempertahankan kesuburan tanah. Kapur adalah setiap bahan yang mengandung Ca maupun Mg yang dapat diberikan kepada tanah untuk menaikan pH. Bahan bahan yang dimaksud adalah batu kapur kalsium karbonat CaCO3, kapur bakar CaO, atau kapur mati Ca OH2. Selain itu dapat juga digunakan bahan pengapuran yang berupa senyawa kalsium lainnya seperti fosfat alam, atau superfosfat, yaitu campuran mono kalsium fosfat CaH2PO42, kalsium sulfat CaSO4, dolomit Ca Mg SO4 dan kulit kerang oyster shells. Pemberian kapur dapat dilakukan dengan cara dicampur dengan tanah, cara disebar pada permukaan tanah dan cara disemprot. Kata kunci cara disebar, cara disemprot, kapur, pemberian kapur, pertumbuhan tanaman I. PENDAHULUAN Permaalahan yang muncul pada kegiatan budidaya tanaman adalah kemungkinan terjadinya penurunan pertumbuhan tanaman yang akan berakibat menurunnya hasil panen tanaman yang dibudidayakan. Penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan unsur hara merupakan yang terpenting bagi pertumbuhan tanaman, sehingga pemupukan merupakan cara yang terbaik untuk penyediaan hara bagi tanaman. Terlebih lagi tanah pasca tambang yang secara umum miskin hara sehingga pemupukan harus dilakukan Wasis 2014; Wasis et al 2016 ; Wasis dan Andika 2017; Wasis et al 2018; Wasis et al 2019; Wasis dan Alkautsar 2019; Wasis dan Sandra 2020. Pupuk adalah bahan untuk diberikan kepada tanaman baik langsung maupun tidak langsung guna mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi atau memperbaiki kualitasnya, sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman. Sedangkan pemupukan artinya pemberian pupuk kepada tanaman ataupun kepada tanah dan substrat lainnya Leiwakabessy dan Sutandi 1998 Menurut Hardjowigeno 1986 pupuk adalah semua bahan yang diberikan kepada tanah dengan maksud untuk memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Ketersediaan unsur hara sangat diperlukan tanaman atau tumbuhan. Ketersediaan hara dapat terjadi melalui dekomposisi bahan organik, pelapukan batuan, kebakaran hutan dan lahan, pemupukan, pengapuran, air hujan, air irigasi dan lainnya. Pemupukan yang sering juga digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman adalah pemupukan kedalam bedia tumbuh atau tanah. Tujuan pemupukan adalah untuk memperoleh produksi yang tinggi dan bernilai dengan penyediaan hara sambil mempertahankan atau memperbaiki kesuburan tanah tanpa merusak Setyamidjaja 1986 ; Wasis 1990; Wasis et 3 al 1996; Leiwakabessy dan Sutandi 1998; Wasis 2002; Wasis 2003; Wasis 2004; Wasis 2005; Wasis 2006; Wasis 2009; Wasis 2011; Wasis 2012; Wasis 2013. Kapur adalah setiap bahan yang mengandung Ca maupun Mg yang dapat diberikan kepada tanah untuk menaikan pH. Bahan bahan yang dimaksud adalah batu kapur kalsium karbonat CaCO3, kapur bakar CaO, atau kapur mati Ca OH2. Selain itu dapat juga digunakan bahan pengapuran yang berupa senyawa kalsium lainnya seperti fosfat alam, atau superfosfat, yaitu campuran mono kalsium fosfat CaH2PO42, kalsium sulfat CaSO4, dolomit Ca Mg SO4 dan kulit kerang oyster shells Soepardi 1983; Setyamidjaja 1986. Pengapuran adalah pemberian bahan-bahan kapur untuk meningkatkan pH tanah yang bereaksi masam menjadi mendekati netral yaitu sekitar 6,5 – 7. Pada prinsipnya pengapuran bertujuan untuk memperoleh reaksi tanah sampai mendekati netral dimana pada derajat pH yang demikian sebagian besar unsur hara berada dalam keadaan tersedia bagi tanaman Soepardi 1983; Setyamidjaja 1986; Hardjowigeno 1986 Kapur merupakan jenis pupuk yang baik untuk digunakan pada kegiatan budidaya atau pemeliharaan tanaman. Adapun fungsi kapur adalah 1. Memperbaiki sifat kimia seperti pH tanah, KTK dan kesuburan tanah 2. Meningkatkan kesuburan tanah 3. Memperbaiki sifat biologi tanah yaitu kehidupan mikroorganisme 4. Meningkatkan hasil kualitas panen tanaman buah-buahan 5. Memperbaiki ekoistem binatang tanah dan siklus nutrisi pada tanah 6. Dapat mengembalikan unsur hara yang tercuci Penggunaan kapur untuk memperbaiki kesuburan tanah telah digunakan sejak 900- 2500 SM di Mesopotamia Irak. Dimana Herodutus, Theophrastus, Homer dan Xenophon menyatakan bahwa lahan atau kebun dapat diperbaiki keuburan tanahnya dengan pemberian pupuk kandang, kompos, kapur, pupuk hijau dan limbah tanaman mulsa. Tanaman buah-buahan dan sayuran akan tumbuh secara baik dan hasil panen yang makimal jika dilakukan pemberian pupuk kandang, kapur, mulsa, kompos dan pupuk hijau yang cukup. Berdasarkan hasil pengamatan pada Zaman tersebut 900-2500 SM diketahui bahwa menanam terus-menerus menurunkan produktifitas lahan. Sebaliknya menambahkan pupuk kandang/limbah tanaman memulihkan kesuburan tanah. Secara umum sistem pertanian menetap di Mesopotamia diadaptasikan berasal sistem Subak dari Asia Tenggara sekarang wilayah negara Indonesia pada waktu sekitar SM. Sistem Subak tersebut masih dijumpai sampai sekarang yaitu di Bali dan Jawa Wasis, 2010a. Bahan bahan berikut ini pada zaman purba dulu telah dikenal sebagai bahan menaikkan kesuburan tanah yaitu a pupuk kandang, b kompos, c sisa tanaman atau tumbuhan mulsa, d sisa hewan darah, tulang dll, e ekskresi manusia dan hewan, f endapan burung guano, g lumpur sungai dan kolam, g tanah hutan, h rumput laut dan 4 sisa ikan, i pupuk hijau, j tanah bergaram, k abu dari jerami, kayu, tulang, bahan tanah dan l marl liat berkapur, kapur dan gips Leiwakabessy dan Sutandi 1998. Pemberian pupuk kandang, kompos, kapur, mulsa sisa tanaman/tumbuhan dan pupuk hijau tidak berdampak terhadap pencemaran dan atau kerusakan tanah, sehingga sangat dianjurkan diberikan sesering mungkin pada tanah. Praktek budidaya tanaman menunjukkan pemberian pupuk kandang, kapur, kompos, mulsa dan pupuk hijau dapat meningkatkan hasil panen yang sangat memuaskan dan produknya ramah lingkungan. Permintaan kompos, pupuk kandang, mulsa, kapur dan pupuk hijau kedepan akan semakin meningkat karena pihak konsumen menginginkan produk kehutanan kayu, rayon/pakaian, kertas, getah, air mineral dan lainnya, produk perkebunan minyak sawit, biodisel, karet, kopi, coklat dan lainnya dan produk pertanian beras, jagung, kedelai, bawang dan lainnya yang ramah lingkungan. Gambar 1. Pemberian kapur pada tanah sisa tanaman/tumbuhan Sumber 5 Gambar 2 Bahan kapur pertanian Gambar 3. Penggunaan mulsa plastik Sumber 6 Gambar 4. Pemberian pupuk pada pohon Sumber Gambar 5. Pemupukan pohon cara tabur dalam piringan Sumber 7 Gambar 6. Penanaman hutan tanaman industri secara intensif pemupukan dan Pemeliharaan memperpendek daur panen 3-4 tahun Sumber Gambar 7. Pohon durian tumbuh baik karena tercukupi hara Sumber 8 Gambar 8. Mangga berbuah karena kecukupan hara Sumber Gambar 9. Tanaman pisang berbuah karena kecukupan hara Sumber 9 II. TEKNIK PEMBERIAN KAPUR A. Bahan dan Alat 1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi a. Kapur b. Tanaman semusim seperti padi, jagung, kedelai, sayuran, obat-obatan dan lainnya c. Tanaman keras atau atau pohon sperti Karet, Akasia, Jati, Mangga, Duku, Sengon, Jambu, Sirsak, Durian, Eucalyptus, Kelapa Hibrida, Kelapa Sawit, Coklat, Nangka dan lainnya dan c. Air 2. Alat alat penelitian meliputi takar pupuk/kapur, b. Gelas ukur c. Sendok semen, d. Cangkul e. Timbangan, f. tongkat tugal diameter 5-7 cm dan g. Alat tulis menulis. B. Pelaksanaan Penanaman dan Pemberian Kapur 1. Media Pertumbuhan tanaman Media pertumbuhan tanaman dapat berupa lahan tanah yang telah tumbuh tanaman atau pohon. Tanaman atau pohon sebelum diberikan kapur sebaiknya telah diberikan air pada kondisi kapasitas lapang disiram air secukupnya atau curah hujan yang turun. Kapur diberikan pada kondisi tanah lembab, sehingga sebaiknya dilakukan pada awal dan akhir musim hujan, yaitu pada saat berbagai kegiatan fisiologi tanaman berlangsung dengan giat dan perubahan dalam tanah dapat berlangsung dengan baik karena persediaan air dalam jumlah yang optimal tanah dalam keadaan lembab, sehingga kandungan air dan udara seimbang. Jika kapur diberikan pada musim kemarau dapat dilakukan penyiraman terlebih dahulu sehingga tanah menjadi lembab, biasanya dilakukan pada pohon yang hidup diareal taman kota, tanaman hias atau hutan kota, 2. Persiapan kapur Untuk memperoleh hasil pengapuran yang baik, dalam menggunaan bahan pengapur terutama dengan bahan dasar batu kapur CaCO3 hendaknya diusahakan agar bahan yang digunakan dapat segera tampak pengaruhnya pada tanah. Untuk maksud tersebut batu kapur harus digiling dihaluskan sempat memiliki ukuran yang halus. Rekomendasi umum untuk semua bahan kapur adalah derajat kehalusan butir butirnya harus dapat melalui ayakan 10 mesh 10 lobang/inci2 dengan 40 % di antaranya dapat melewati ayakan 100 mesh sehingga tepung batu kapur itu dapat mudah disebarkan balik secara manual maupun dengan peralatan mekanisasi. 10 Kapur kemudian ditimbang sesuai dosis yang diinginkan sesuai kebutuhan pohon atau tanaman. Takaran kapur dapat menggunakan timbangan atau mengunakan sendok ukur atau wadah ukur. Kapur pada pohon dapat dilakukan dengan cara disebar namun cara ini dapat menyebabkan hilangnya unsur hara dari dalam kapur karena penguapan. Berdasarkan praktek pemberian kapur yang baik adalah cara dibenamkan kapur kedalam tanah lubang dengan kedalamanan 2 -5 cm. 3. Teknik Pemberian Kapur Sebelum melakukan kapur gunakan perlengkapan perlindungan diri seperti masker, sarung tangan, kaca mata, pakaian kerja lapangan. Karena kapur yang tersentuh tangan atau anggota tubuh dapat terserap atau terhirup melalui pernapasan atau kulit, hal ini tentunya dapat membahayakan kesehatan Cara dibenamkan dan disebar a. Tanaman keras pohon Teknik pemberian kapur dapat dilakukan pada lubang yang melingkar sejajar dengan tajuk terluar pohon metode piringan. Tanah digali sedalam 2-5 cm dengan cangkul membentuk lingkaran sesuai proyeksi tajuk pohon terluar. Kapur yang telah dipersiapkan sesuai dosisnya kemudian disebar kedalam lubang secara merata. Kemudian lubang ditutup atau ditimbun dari bahan tanah yang ada pada bagian pinggirnya hasil galian tanah dengan cangkul Setyamidjaja 1986 ; Wasis et al 1996. Permasalahan pembuatan lubang pada piringin sekeliling proyeksi tajuk pohon memerlukan biaya yang mahal biaya pembuatan lubang dan memerlukan waktu yang relatif lama. Dalam efisiensi pemupukan dengan kapur maka diperlukan modifikasi pembuatan lubang yang dilakukan yaitu dengan cara ditugal sebanyak 5 lubang pada sekitar proyeksi tajuk pohon, dimana jarak antar lubang dibuat relatif sama. Pada lubang tugal diberikan kapur sebanyak 20 % dari dosis kapur yang akan diberikan pada pohon tersebut. Setelah kapur diberikan kedalam lubang kemudian ditutup dengan tanah dengan diinjak kaki pada tepi lubang tugal. b. Tanaman sayuran atau persemaian 11 Kapur dicampur dengan tanah yang telah diolah bersama sama dengan menghaluskan/ meratakan tanah yang akan ditanami. Pengolahan tanah dilakukan sampai terbentuk tanah yang gembur dan merata, sehingga meningkatkan aerasi tanah. Campuran tanah, pupuk kandang dan kapur akan merperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Sehingga pemberian kapur dicampur pupuk kandang akan memperbaiki kesuburan dan produktivitas tanah jangka panjang. c. Tanaman timun, kacang panjang, kentang, buncis, wortel dan lainnya Kapur diberikan ke dalam lubang yang akan ditanami benih tanaman. Setelah benih diberikan dalam lubang tersebut kemudian ditutup kembali dengan tanah. Kapur dicampur pupuk kandang akan meningkatkan pertumbuhan tanaman sayuran dan hasil panen yang diambil akar atau umbinya seperti kentang, wortel, lobak dan lannya. d. Tanaman bunga –bungaan dan padi Kapur diberikan dengan cara disebar pada sekitar tanaman bunga. Tanaman bunga yang diberikan kapur dapat dalam pot, kantong plastik dan pada tanah langsung. Pada tanaman padi pemberian kapur dapat dilakukan dengan disebar pada lahan sawah. Cara disemprotkan Pada tanaman kacang tanah pengapuran merupakan suatu pekerjaan yang baik untuk menyediakan unsur Ca bagi tumbuhan. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan Ca pada kacang tanah adalah besar, terutama untuk pembentukan polong Setyamidjaja 1986. Pemberian kalsium dapat meningkatkan hasil nyata pada lahan lahan yang miskin kalsium. Tanah yang mengandung cukup Ca akan menghasilkan kacang tanah berkualitas tinggi. Cukup tersedianya Ca di dalam tanah akan memberikan pertumbuhan vegetatif yang baik, pertumbuhan polong yang optimal, putih dan berisi penuh. Kalsium dapat langsung diisap oleh polong yang sedang berkembang dan untuk pertumbuhan biji. Tersedianya kalsium yang cukup pada daerah pembentukan polong adalah sangat penting Suryatna 1976. Cara yang terbaik untuk memberikan Ca pada polong yang sedang berkembang adalah dengan menyemprotkan tepung gypsum halus CaSO4. 2H2O sebanyak 300-500 kg/ha kepada tanaman kacang tanah pada saat pembungaan berlangsung. Gipsum dapat jatuh disekitar daerah pembentukan polong dan Ca akan tersedia pada saat yang dibutuhkan. Menurut BP Bimas 1977 gipsum dapat diberikan secara topdressing pemupukan susulan dengan disebar pada tanaman kacang tanah yang sedang berbunga dengan dosis 400-600 kg/ha. 12 / Gambar 10. Hutan tanaman jati berkecukupan unsur hara kalsium Sumber Gambar 11. Mangga gedong gincu tumbuh baik karena kecukupan hara Sumber 13 Gambar 12. Indonesia penghasil kopi nomor 1 di dunia Sumber Gambar 13. Pemberian mulsa pada tanaman strowberi Sumber 14 Gambar 14. Kapur dan pupuk meningkatkan pertumbuhan kacang tanah Sumber Gambar 15. Kacang tanah yang tumbuh baik dan siap dipanen Sumber 15 4. Tahap Akhir Peralatan pemberian kapur yang digunakan kemudian dibersihkan dan kapur yang masih disimpan pada tempatnya. Demikian perlengkapan pakain, masker dan pelindung diri lainnya dibersihkan atau dicuci. Pada dewasa ini pandemi Corona 19 terutama di kota kota besar telah berkembang pula sistem bertanam dengan medium larutan yang mengandung unsur hara dengan komposisi yang lengkap. Cara bertanam itu disebut dengan sistem hidroponik. Disamping penanaman dengan menggunakan pot atau polibag dengan media kompos atau bahan organik juga sudah banyak dilakukan untuk menanam sayur dan tanaman obat-obatan. Gambar 16. Pemberian pupuk organik dan kapur dengan cara disemprot Sumber 16 Gambar 17. Pemberian pupuk dengan cara disebar pada lahan sawah Sumber Gambar 18. Pupuk organik dan kapur meningkatkan pertumbuhan tanaman Sumber 17 Gambar 19. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit Sumber Gambar 20. Pohon tabebuya berbunga di Kota Surabaya Sakura Indonesia karena kecukupan hara 18 Gambar 21 Pohon flamboyan berbunga karena kecukupan hara Sumber Gambar 22. Hutan tanaman untuk produksi bahan rayon/pakaian Sumber dan 19 Gambar 23 . Mangga harum manis berbuah lebat karena kecukupan hara Sumber Gambar 24. Hutan kota di Gelora Bung Karno, Jakarta, Indonesia Sumber 20 Gambar 25. Sistem pertanian Subak Bali, Indonesia merupakan awal sistem pertanian menetap di dunia Sumber kintamani .id dan Gambar 26. Bunga mawar dan bendera merah putih Republik Indonesia 21 III. PENUTUP Permasalahan yang muncul pada kegiatan budidaya tanaman adalah kemungkinan terjadinya penurunan pertumbuhan tanaman yang akan berakibat menurunnya hasil panen tanaman yang dibudidayakan. Sistem pertanian menetap di Mosopotamia berasal dari wilayah Asia Tenggara sekarang bernama Indonesia pada tahun sekitar SM. Praktek menanam pada tanah secara terus menurus akan menurunkan kesuburan tanah. Penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan unsur hara merupakan yang terpenting bagi pertumbuhan tanaman, sehingga pemupukan merupakan cara yang terbaik untuk penyediaan hara bagi tanaman dan mempertahankan kesuburan tanah. Kapur adalah setiap bahan yang mengandung Ca maupun Mg yang dapat diberikan kepada tanah untuk menaikan pH. Bahan bahan yang dimaksud adalah batu kapur kalsium karbonat CaCO3, kapur bakar CaO, atau kapur mati Ca OH2. Selain itu dapat juga digunakan bahan pengapuran yang berupa senyawa kalsium lainnya seperti fosfat alam, atau superfosfat, yaitu campuran mono kalsium fosfat CaH2PO42, kalsium sulfat CaSO4, dolomit Ca Mg SO4 dan kulit kerang oyster shells. Pemberian kapur dapat dilakukan dengan cara dicampur dengan tanah, cara disebar pada permukaan tanah dan cara disemprot. DAFTAR PUSTAKA Hamzah Z. 1983. Diktat Ilmu Tanah Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Hardjowigeno, S. 1986. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo. Jakarta Lutz HJ and Chandler RF. 1965. Forest Soils. John Wiley & Sons, Inc. New York. Leiwakabessy FM dan Sutandi A. 1998. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB Bogor. Sarief ES. 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Penerbit Pustaka Buana. Bandung Setyamidjaja D. 1986. Pupuk dan Pemupukan . CV Simplex Jakarta Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian IPB Bogor Suryatna R. 1984. Ilmu Tanah. Penerbit Angkasa. Bandung. 22 Wasis B., Djamhuri E dan Fakuara MYT. 1990. Pensentase stek hidup dan persentase stek berakar tanaman sonokeling Dalbergia latifolia Roxb. pada media tanah Latosol Darmaga. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB Bogor. DOI Wasis B., Anas I., Manan S., dan Saraswati. 1996. Pertumbuhan semai sengon Paraserianthes falcataria L Nielsen melalui pemberian kapur, pupuk TSP dan inokulasi Rhizobium pada tanah masam. Program Pascasarjana IPB Bogor. DOI Wasis B. 1999. Pengaruh kebakaran hutan terhadap sifat tanah d hutan tanaman pinus Pinu merkusii Studi kasus di KPH Tasikmalaya Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB Bogor. ResearchGate DOI Wasis B. 2002. Dampak perusakan Suaka Margasatwa Cikepuh terhadap kerusakan sifat kimia tanah. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB Bogor. DOI Wasis B. 2003a. Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan terhadap Kerusakan Tanah. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Volume IX Nomor 2 Halaman 79 – 86. Bogor Wasis B. 2003b. Dampak kebakaran hutan pada Taman Hutan Raya R . Soerjo Pacet terhadap kerusakan tanah. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB. ResearchGate DOI Wasis B. 2004a. Dampak Kebakaran Gambut Terhadap ketersediaan unsur mikro dan keracunan tanah Di Kawasan Pertanian, Lokasi PU I, Desa Sungai Sagu, Kecamatan Lirik Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. ResearchGate DOI Wasis B. 2004b. Dampak tambang pasir terhadap sifat tanah di Kawasan Hutan Hutan Tanaman Desa Setia Negara Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB Bogor. ResearchGate DOI Wasis B. 2005. Dampak kebakaran gambut terhadap vegetasi dan sifat tanah di Kawasan Pertanian, Desa Sungai Korang, Kecamatan Hutaraja, Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. ResearchGate DOI Wasis B., Kusmana C., Suhendang E., dan Sudarsono. 2005. Kondisi sifat tanah hutan dan korelasi hubungannya dengan peninggi tegakan hutan tanaman Acacia 23 mangium Willd pada rotasi pertama dan rotasi kedua. Makalah Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. DOI Wasis B. 2006a. Dampak kebakaran tanah mineral terhadap vegetasi dan sifat tanah di Kawasan Pertanian Dusun Sei Arang, Kelurahan Pangkalan Kasai, Kecamatan Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. ResearchGate DOI Wasis B. 2006b . Dampak kebakaran tanah mineral terhadap vegetasi dan sifat tanah di Kawasan hutan, Desa Peranap, Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. ResearchGate DOI Wasis B. 2006c . Dampak kebakaran gambut terhadap vegetasi dan sifat tanah di Kawasan hutan, Desa Rotan Semelur, Kecamatan Pelangeran, Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. ResearchGate DOI Wasis B., Kusmana C., Suhendang E., dan Sudarsono. 2006. Analisis jenis tanah pada hutan tanaman akaia Acacia mangium Willd di Blok Subanjeriji. Makalah Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. DOI Wasis B. 2009. Dampak kebakaran tanah mineral terhadap ketersediaan unsur mikro dan keracunan tanah di Kawasan pertanian, Lokasi PU I Desa Tumbang Jelemu, Kecamatan Manuhing, Kabupaten Gunung Mas Provinsi Kalimantan Tengah. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. ResearchGate DOI Wasis, B. 2010a. Pengelolaan Nutrisi Hutan. Bahan Kuliah di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB Bogor Wasis B. 2010b. Dampak kebakaran gambut terhadap vegetasi dan sifat tanah di Kawasan pertanian, Desa Pangkalan Panduk, Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. ResearchGate DOI Wasis B. 2011 . Dampak tambang pasir terhadap vegetasi dan sifat tanah di Kawasan Kebun Campuran dan Pertanian, Desa Gandoang, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. ResearchGate DOI Wasis B. 2012. Soil Properties in Natural Forest Destruction and Conversion to Agricultural Land in Gunung Leuser National Park, North Sumatera Province. JMHT XVIII3 206-212. 24 Wasis B. 2013. Dampak Kebakaran Gambut Terhadap ketersediaan unsur hara dan keracunan unsur hara mikro Di Kawasan Pertanian, Lokasi PU I Desa Bukit Batu, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB Bogor. ResearchGate DOI Wasis B. 2014. Dampak reklamasi pantai terhadap vegetasi dan sifat tanah di Kawasan Hutan Mangrove KDA Kampung Panglong Kelurahan Batu Besar Kecamatan Nongsa Kota Batam Provinsi Riau. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB Bogor. ResearchGate DOI Wasis B, Mulyana B, dan Winata B. 2015. Pertumbuhan semai jabon Anthocephalus cadamba. Jurnal Silvikultur Tropika 62 93–100. Wasis B. 2016. Dampak reklamasi pantai terhadap vegetasi dan sifat tanah di Kawasan Hutan Mangrove Kelurahan Batu Legong Kecamatan Bulang Kota Batam Provinsi Riau. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB Bogor. ResearchGate. Wasis B, Andika A. 2017. Growth response of mahagony seedling Swietenia macrophylla King. to addition of coconut shell charcoal and compost on ex-sand mining site of West Java Province in Indonesia. Agriculture and Environmental Science 23 238–243. Wasis, B., Arifin and Winata, B. 2018. Impact of bauxite mine to natural forest biomass and soil properties in Kas Island, Riau Island Province in Indonesia. Archives of Agriculture and Environmental Science, 33 264-269. Wasis B., Saharjo Putra W. And Winata. B . 2019. Analysis of environmental damage and environmental economic valuation ontropical rain forest destruction in Simalungun Regency, North Sumatera Province, Indonesia. Archives of Agriculture and Environmental Science 43 313-318. Wasis B dan Alkautsar I. 2019. Respon pertumbuhan bibit sengon buto Enterolobium cyclocarpum Griseb pada media tailing PT Antam Pongkor dengan penambahan arang batok kelapa dan bokashi pupuk kandang. Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 10 No. 03, Hal 184-191 Wasis B. dan Sandra E. 2020. Kajian ekologis pohon kina Cinchona spp. dan manfaatnya dalam mengatasi penyebaran penyakit malaria. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. ResearchGate DOI ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Basuki WasisDamage to peat soil due to burning is when peat soils lose the ability to store nutrients and water, death of flora and fauna, death of soil animals, changes in soil micro-organisms and loss of layers of peat soil. The study uses vegetation analysis and sampling with a purposive sampling method. Land fires in The Agricultural Area, PU I Location, Bukit Batu Village, Bukit Batu District, Bengkalis Regency, Riau Province, have caused the death of flora and fauna by 100% and peatland subsidence by 10 cm. Peat fires have caused an increase in soil pH and increased nutrient content N, P, K, Ca, Mg and Na as well as reducing the micro elements Fe, Cu, Zn and Mn. The decrease in micro elements is caused by the high Ca and Mg soils in peat soils. The levels of micro elements have not caused poisoning to the environment. Peat soils that have been damaged by fires show contraction and the ability of the soil to store water and nutrients will not return to normal irreversible Basuki WasisMineral soil fire cause the loss of flora and fauna, destruction of animal habitat, decreased environmental services, loss of organic matter, death of soil animals, erosion and microclimate change. The study uses vegetation analysis and sampling with a purposive sampling method. Mineral soil fire in the Forest Area, PU I Location, Tumbang Jalemu Village, Manuhing District, Gunung Mas Regency, Central Kalimantan Province, have caused the death of flora and fauna by 100%. Mineral soil fire have caused an increase in soil pH, saturation of bases and micro elements Fe, Cu, Zn and Mn. The increase in micro elements has not caused poisoning to the environment. Increased soil micro elements increase soil fertility. Land fire in mineral soils have caused the loss of organic matter and biomass, thus endangering sustainable land management. Basuki WasisKerusakan tanah gambut akibat terbakar adalah ketika tanah gambut kehilangan kemampuan menyimpan hara dan air, matinya flora dan fauna, matinya binatang tanah, perubahan mikro organisme tanah dan hilangnya lapisan tanah gambut. Penelitian menggunakan analisa vegetasi dan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Kebakaran lahan di Kawasan Pertanian, Lokasi PU I, Desa Sungai Sagu, Kecamatan Lirik, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, telah menyebabkan matinya flora dan fauna sebesar 100 % dan subsiden tanah gambut sebesar 10 cm. Kebakaran gambut telah menyebabkan peningkatan pH tanah dan kejenuhan basa serta meningkatkan unsur mikro Fe, Cu, Zn dan Mn. Peningkatan unsur mikro belum menimbulkan keracunan terhadap lingkungan. Peningkatan unsur mikro tanah meningkatkan kesuburan tanah. Tanah gambut yang terbakar menjadi kering, bersifat mengkerut dan kemampuan tanah dalam menyimpan air dan hara tidak akan kembali seperti sedia kala bersifat irreversible. Basuki WasisEdje DjamhuriM Yahya Fakuara TsMasalah utama dalam pembiakan vegetatif dengan stek akar sonokeling adalah hambatan dalam memunculkan akar, terutama pada stek akar yang diambil dari pohon yang sudah dewasa atau tua. Pada umumnya persentase tumbuh dari stek akar hanya mencapai 50 persen. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan percobaan faktorial 6 x 6 dalam rancangan acak lengkap RAL, dengan 3 ulangan. Hasil analisa data menunjukkan bahwa pemberian IBA berpengaruh sangat nyata terhadap persentase stek hidup dan persentase stek berakar. Pemberian NAA tidak berpengaruh nyata terhadap persentase stek hidup dan persentase stek berakar, sedangkan interaksi IBA dan NAA berpengaruh nyata terhadap persentase stek hidup dan persentase stek berakar. Pemberian perlakuan optimum untuk persentase stek hidup dan persentase stek berakar pada tanaman sonokeling yaitu interaksi IBA200 ppm dan NAA 125 ppm. Pertumbuhan tunas stek akar sonokeling dimualai pada hari ke enam, pertumbuhan tunas tertinggi terjadi pada hari ke 17, yaitu sebesar 8,70 persen, kemudian menurun dan terhenti pada hari ke 68. Media tanah latosol Darmaga masih dapat mendukung pertumbuhan stek akar tanaman sonokeling. Selama penelitian tidak dilakukan pemupukan pada tanah latosol karena media memiliki bahan organik yang tinggi dan relatif subur, dimana tanaman tidak menunjukkan defisiensi unsur besar yang dihadapi dalam pengembangan Hutan Tanaman Industri Acacia mangium di lahan terdegradasi, adalah kemungkinan penurunan kualitas tempat tumbuh pada rotasi pertama dibandingkan dengan rotasi kedua. Pemanenan tegakan hutan akan menurunkan kesuburan tanah, sehingga pemupukan yang optimal dan pengelolaan tegakan hutan sangat diperlukan untuk mempertahankan produktivitas hutan tanaman. Pengambilan sampel vegetasi hutan tanaman dan tanah dilakukan secara purposive sampling. Pada tanah rotasi 2 hutan tanaman A. mangium telah terjadi penurunan kesuburan tanah secara signifikan pada parameter pH, C-organik, nitrogen N, fosfor P, kalium Ca dan magnesium Mg dibandingkan pada rotasi 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peninggi tanaman secara nyata berkorelasi negatif dengan 1/umur, pH tanah dan biomassa bintil akar. Sedangkan kandungan air tersedia dan kandungan bahan organik tanah secara nyata berkorelasi positif dengan pertumbuhan A. mangium. Kelestarian hutan tanaman A mangium dan kesuburan tanah dapat dipertahankan dengan pemberian bahan organik dan pupuk an organik pada kegiatan penanaman dan pemeliharaan tegakan hutan A. mangium Basuki WasisDamage to peat soil due to burning is when peat soils lose the ability to store nutrients and water, death of flora and fauna, death of soil animals, changes in soil microorganisms and loss of layers of peat soil. The study uses vegetation analysis and sampling with a purposive sampling method. Land fires in The Agricultural Area, Pangkalan Panduk Village, Kerumutan District, Pelalawan Regency, Riau Province, have caused the death of flora and fauna by 100% and peatland subsidence by 10 cm. Peat fires have caused an increase in soil pH, increased Ca and Mg of the soil, decreased soil biological properties and other changes in soil properties. Peat soils that have been damaged by fires show contraction and the ability of the soil to store water and nutrients will not return to normal irreversible Basuki WasisKerusakan tanah gambut akibat terbakar adalah ketika tanah gambut kehilangan kemampuan menyimpan hara dan air, matinya flora dan fauna, matinya binatang tanah, perubahan mikro organisme tanah dan hilangnya lapisan tanah gambut. Penelitian menggunakan analisa vegetasi dan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Kebakaran lahan di Kawasan Pertanian, Desa Sungai Korang Kecamatan Hutaraja Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara, telah menyebabkan matinya flora dan fauna sebesar 100 % dan subsiden tanah gambut sebesar 10 cm. Kebakaran gambut telah menyebabkan peningkatan pH tanah, meningkatkan Ca dan Mg tanah, menurunkan sifat biologi tanah dan perubahan sifat tanah lainnya. Tanah gambut yang terbakar menjadi kering, bersifat mengkerut dan kemampuan tanah dalam menyimpan air dan hara tidak akan kembali seperti sedia kala bersifat irreversible. Basuki WasisKebakaran tanah mineral menyebabkan matinya flora dan fauna, kerusakan habita satwa, menurunnya jasa lingkungan, hilangnya bahan organik, matinya binatang tanah, timbulnya erosi dan perubahan iklim mikro. Penelitian menggunakan analisa vegetasi dan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Kebakaran tanah mineral di Kawasan Hutan, Desa Peranap Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau telah menyebabkan kematian flora dan fauna 100 %. Kebakaran hutan telah menyebabkan perubahan tanah mineral yaitu meningkatkan pH tanah, menurunkan mikroorganisme, peningkatan Ca dan Mg tanah perubahan sifat fisik, sifat kimia dan biologi tanah. Kebakaran hutan pada tanah mineral telah menyebabkan hilangnya bahan organik dan biomassa sehingga membahayakan pengelolaan hutan berkelanjutan. Basuki WasisKebakaran tanah mineral menyebabkan matinya flora dan fauna, kerusakan habita satwa, menurunnya jasa lingkungan, hilangnya bahan organik, matinya binatang tanah, timbulnya erosi dan perubahan iklim mikro. Penelitian menggunakan analisa vegetasi dan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Kebakaran tanah mineral di Kawasan Pertanian, Dusun Sei Arang Kelurahan Pangkalan Kasai Kecamatan Seberida Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau telah menyebabkan kematian flora dan fauna 100 %. Kebakaran lahan telah menyebabkan perubahan tanah mineral yaitu meningkatkan pH tanah, menurunkan mikroorganisme, peningkatan Ca dan Mg tanah perubahan sifat fisik, sifat kimia dan biologi tanah. Kebakaran lahan pada tanah mineral telah menyebabkan hilangnya bahan organik dan biomassa sehingga membahayakan pengelolaan lahan berkelanjutan. Basuki WasisThe negative impacts of sand mining with open mining systems are mainly caused by environmental degradation, environmental geological changes including aesthetic conditions, topography, slope, elevation elevation, exposure of bedrock, erosion, sedimentation, quality and quantity of ground water, decrease in soil productivity, disruption to flora and fauna, micro climate change, and various socioeconomic problems. The study uses vegetation analysis and sampling with a purposive sampling method. Sand mining activities in Gandoang Sub-District, Cileungsi District, Bogor Regency, West Java Province, have caused loss of soil solum 0 cm, digging holes as deep as 10-20 m and death of vegetation flora by 100%. Sand mining has caused changes and soil damage, namely decreasing clay fraction, increasing sand fraction, decreasing organic C, Ca and Mg, soil compaction and decreasing and soil microorganism destruction. Sand mining activities have caused the loss of organic material and agroforestry biomass, thus endangering sustainable land management
Ditambahkan pada May 4th, 2014 Termaharkan / Terjual *Harga produk dapat berubah sewaktu-waktu Kode Produk Dilihat 21,774 kali Kategori Produk Terjual / Termaharkan Share it! Bagikan info produk ini kepada teman Anda Ini adalah Salah satu kepunyaan salah seorang sahabat saya ketika saya berziarah maupun melalukan penarikan ghoib saya dan para pemahar yang ikut sering menginap bertamu di kediaman beliau,Dia adalah Salah seorang Ajengan besar di Tasikmalaya Batu Fosil atau Kacang ini Dimaharkan beliau untuk membantu pembangunan pondok pesantren yang sedang dibangunnya. InsyaAllah dapat anda manfaatkan untuk meningkatkan hasil Bumi atau pertaniam InsyaAllah Tuahnya membantu anda dalam memasarkan hasil pangan , pertanian , perkebunan atau apapun yang berhubungan dengan cocok tanam. InsyaAllah Air Rendamannya membantu anda dalam membuka aura dan meredam energi negatif pada tubuh anda InsyaAllah Kacang tanah jadi batu ini adalah kegunaan tradisional untuk mencegah dan mengurangkan kolesterol dalam darah dan penggunaannya dengan meredam batu ini kedalam air sambil berselawat keatas Nabi sebanyak 3 kali..dan diikuti niat menyembuh penyakit. InsyaAllah berkesan atas izinNya Sebagai seorang muslim kita mesti meletakkan 100% pertolongan kita kepada Allah SWT. Tidak ada sesuatu pun yang dapat mendatangkan kebaikan kecuali dengan izin Allah dan tiada suatupun yang bisa membawa mudharat melainkan dengan izin Allah jua. Pemakaian dan penggunaan batu ataupun apa saja benda-benda yang mempunyai kelebihan padanya dengan izin Allah adalah tidak salah, akan tetapi mestilah benar-benar/ sungguh difahami dan yakin akan hakikat penggunaan / pemakaiannya. Pemakaian dan penggunaan batu hanyalah salah satu cara/ usaha untuk mencapai tujuan masing-masing. Sama juga dengan penggunaan obat obat dari Rumah sakit atau obat tradisional dari Tumbuhan dan rempah – rempah apabila kita mengalami sakit kepala atau sakit-sakit lain. Kita hanya berusaha dengan kelebihan/ sifat yang ada pada obat tersebut untuk menghilangkan sakit tetapi kuasa untuk meyembuhkan adalah dalam kekuasaan Allah, jika Allah mau niscaya sembuhlah kita dari sakit dan begitulah juga sebaliknya. Batu atau kayu atau apa-apa saja benda yang istimewa adalah anugerah Allah yang sepantasnya dan semestinya tidak sia-sia penciptaannya. Seperti garam yang bersifat asin, begitulah juga batu-batu yang istimewa ini bersifat dengan sifat yang wujud padanya masing-masing. Batu-batu tersebut hanyalah mempunyai kelebihan/ keistimewaan dengan sifat yang ada padanya tetapi kuasa mutlak adalah ditangan Allah. Jadi janganlah lari daripada penggantungan kita sepenuhnya kepada Allah jua. Semoga anda semua mendapat kefahaman yang sungguh tentang hakikat pemakaian batu permata dan beroleh kejayaan dalam cita-cita serta tujuan anda selagi anda tetap diatas jalan Allah. Amin.
- Pengawetan tanah adalah usaha menjaga tanah agar tetap produktif, serta memperbaiki tanah yang rusak akibat erosi. Pengawetan tanah dilakukan untuk melindungi tanah dari curahan air hujan secara langsung serta meningkatkan kapasitas infiltrasi ini biasanya juga dilakukan untuk mengurangi aliran air di permukaan tanah dan meningkatkan stabilitas penggunaannya. Uraikan tiga metode pengawetan tanah yang dapat dilakukan! Metode pengawetan tanah terbagi atas 3 jenis yakni, metode vegetasi, mekanik, serta metode vegetasi Pengawetan tanah dengan cara metode vegetasi adalah dengan memanfaatkan peran tanaman untuk mengurangi daya rusak akibat hujan, aliran permukaan, dan erosi. Baca juga 5 Faktor Penyebab Berkurangnya Air Tanah Metode vegetasi dapat dilakukan dengan cara Penanaman tumbuhan atau tanaman penutup tanah secara terus-menerus Penanaman bergilir di sebidang lahan menurut urutan dan waktunya Penanaman dengan sistem bercocok tanam. Beberapa jenis tanaman ditanam selang-seling, dan disusun menurut garis konturnya. Metode mekanik atau teknik Bagaimana cara menerapkan metode mekanik dalam mengawetkan tanah? Cara menerapkannya, yaitu menggunakan sarana fisik, seperti tanah dan batu dalam mengawetkan tanah. Salah satu bentuk metode mekanik ini, yaitu mengolah tanah.
- Olahan kacang kacang untuk Lebaran sangatlah beragam. Selain kue kering, kacang tanah pun bisa digunakan untuk membuat rempeyek ataupun ampyang. Baiknya gunakan kacang tanah berkualitas agar hidangannya lebih lezat. Tak mudah memilih mana kacang tanah yang bagus atau tidak. Namun tak perlu khawatir, sebab ada cara sederhana memilih kacang tanah yang bisa kamu praktikkan. Berikut uraian singkatnya. Baca juga Resep Kacang Bawang Daun Jeruk untuk Sajian Lebaran 1. Pilih yang bijinya utuh Jika membeli kacang tanah kupas, baiknya pilih yang bijinya utuh. Jangan pilih yang mulai berlubang, karena ini merupaka tanda bahwa kacang tanah sudah lama disimpan. 2. Jangan pilih yang berbubuk PIXABAY/ FORWUMUWI73 Ilustrasi kacang tanah kupas. Sufi dalam bukunya yang berjudul "Snack Renyah Serba Kriuk" terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, tak menyarankan memilih kacang tanah yang berkutu dan berbubuk. Dua hal tersebut merupakan tanda bahwa kacang tanah sudah lama disimpan. Konon, bubuk ini pun dapat membuat rasa olahannya kurang sedap dan mudah berbau tengik. Baca juga Resep Kacang Bawang Renyah, Tambah Santan biar Gurih 3. Pilih yang segar Cara memilih kacang tanah pun bisa dilakukan dengan mengamati permukaannya. Pilihlah kacang tanah segar yang permukannya tidak kering dan kisut. Selain itu, coba cium juga aromanya. Baiknya, memilih kacang tanah yang mulai bau tengik, terlebih jika kamu ingin menyimpannya lebih lama. Baca juga 5 Cara Goreng Kacang Bawang agar Renyah dan Tidak Gosong 4. Cara memilih kacang tanah yang belum dikupas Gizelka Ilustrasi kacang tanah Kacang tanah yang belum dikupas biasanya sudah disangrai atau dipanggang terlebih dulu. Meski begitu, kamu tetap harus jeli saat memilihnya. Dilansir dari Fine Cooking, untuk memilih kacang tanah kamu bisa mengamati kulitnya. Ciri kacang tanah yang bagus ialah yang berwarna cerah, utuh, dan mulus kulit arinya. Baca juga 5 Cara Bumbui Kacang Bawang supaya Gurih dan Harum Selain itu kamu juga bisa mengecek kualitas kacang tanah dengan mencium baunya. Jangan pilih kacang tanah yang sudah bau tengik apalagi berjamur. Alternatif paling sederhana, yakni membeli kacang tanah kering yang dibungkus di kemasan. Belilah secukupnya supaya tak mudah basi saat disimpan kembali. Buku "Snack Renyah Serba Kriuk" karya Sufi Sy, Sufi terbitan PT Gramedia Pustaka Utama dapat dibeli secara online di Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
cara menggunakan batu kacang tanah